Selasa, 07 Oktober 2014

What do you think?


Anak perantauan, entah merantau mencari ilmu atau mencari sesuap nasi di kota orang mengharuskan kita menahan-nahan rindu dengan sanak saudara. Untuk anak rantau jenis pencari ilmu yang kuliah relatif di kota yang dekat tempat tinggal dan tipe mahasiswa KUPU_KUPU(Kuliah Pulang) mungkin tidak mengalami kendala yang berarti untuk bersua bersama ayah bunda tiap weekend, tapi akan berbeda cerita dengan mahasiswa rantau yang jarak kota asal ke kota rantau cukup jauh, atau jika tidak begitu jauh mungkin sering ada agenda di ahir pekan, pulang kampung merupakan hal yang cukup mahal

Yah sebagai anak rantau yang kota tempat mencari ilmunya relatif dekat tapi, cukup sering ada agenda diahir pekan (bukan mahasiswa sibuk loh ya) pulkam menjadi hal yang nikmat sekali. Ketika liburan Idul Adha, alhamdulillah ada kesempatan pulang beberapa hari, ada tiga pilihan trasportasi ke kota asal   trevel (nyaman, mahal, tapi gak bisa pulang dadakan)  bus (panas,lelet,murah, bebas jam pulang asal sebelum jam 14.00) dan motor (murah, cepet, bisa pulang kapan saja dan lelah) ahirnya dengan banyak pertimbangan memilih Moty (nama motor terpaksa sayang). Mengendarai motor lintas kota cukup beeeer, berangin dan alhasil oleh-oleh paska pulkam adalah masuk angin. Ketika orang masuk angin pengobatan awam yang sering dilakukan adalah kerokan, tapi karna sudah anti dengan namanya kerokan, balsem dan sepupunya minyak kayu putih alhasil hanya bermodalkan jaket dan kaus kaki berharap bisa meringankan gejala masuk angin yang melanda.

Pernah membaca sebuah buku bahwa obat yang mujarab adalah sugesti dalam diri, dibantu Allah tentunya. Obat yang baik tetapi kita tidak suka akan membuat pengobatan tidak berjalan dengan baik akan tetapi melakukan pantangan penyakit akan tetapi itulah hal yang kita suka tidak akan memberikan efek yang cukup buruk bagi tubuh (baca di postingan Kedokteran Islam)

Melihat prinsip seperti ini, aku yang sudah anti dengan balsem dan kerokan ahirnya memilih sesuatu yang kusuka dan bisa berefek sama dengan balsem, menghangatkan dan buat lega saluran hidung. Makanan berkuah, panas dan pedas ( aduh nulisnya aja pake acara ngiler) dan mie ramen menjadi pilihan, Alhamdulillah efek masuk anginya berkurang, saluran pernafasan sedikit lega, dan ini pengalaman saat siang hari

Ketika malam ada kejadian yang seru, karna suatu kondisi teman yang biasanya bonceng harus pakai montor sendiri, bukan berarti gak bisa naik motor ya? Tapi cuman bisa naik motor metik tadi malam dipaksa dan disemangati perjalanan -/+ 15Km naik motor dengan motor gigi dan Alhamdulillah bisa dan selamat walau dengan kecepatan 20 Km/jam, tapi memang harus ada yang pertamakan? (prok-prok-prok buat dia)

Dari kejadian dua hari ini aku sedikit belajar jika kita itu tergantung dengan apa yang kita fikir, seandanya aku tidak mensugensi makan mie ramen buat badan enakan mugkin tak ada efeknya dan jika teman tadi langsung mensugesti dirinya “aku tak bisa” ya dia tak akan bisa, karna tak ada pengalaman pertama untuk selamaya.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka  (Ar-Ra'd ayat 11)

Awali dengan niat bisa insyallah bisa



mie ramen penghilang masuk angin, Alhamdulillah masih diberi nikmat Allah :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar