Anak perantauan, entah merantau mencari ilmu atau
mencari sesuap nasi di kota orang mengharuskan kita menahan-nahan rindu dengan
sanak saudara. Untuk anak rantau jenis pencari ilmu yang kuliah relatif di kota
yang dekat tempat tinggal dan tipe mahasiswa KUPU_KUPU(Kuliah Pulang) mungkin
tidak mengalami kendala yang berarti untuk bersua bersama ayah bunda tiap
weekend, tapi akan berbeda cerita dengan mahasiswa rantau yang jarak kota asal
ke kota rantau cukup jauh, atau jika tidak begitu jauh mungkin sering ada agenda
di ahir pekan, pulang kampung merupakan hal yang cukup mahal
Yah sebagai anak rantau yang kota tempat mencari
ilmunya relatif dekat tapi, cukup sering ada agenda diahir pekan (bukan
mahasiswa sibuk loh ya) pulkam menjadi hal yang nikmat sekali. Ketika liburan Idul
Adha, alhamdulillah ada kesempatan pulang beberapa hari, ada tiga pilihan trasportasi ke
kota asal trevel (nyaman, mahal, tapi gak bisa pulang dadakan) bus (panas,lelet,murah, bebas jam pulang asal
sebelum jam 14.00) dan motor (murah, cepet, bisa pulang kapan saja dan lelah)
ahirnya dengan banyak pertimbangan memilih Moty (nama motor terpaksa sayang).
Mengendarai motor lintas kota cukup beeeer, berangin dan alhasil oleh-oleh
paska pulkam adalah masuk angin. Ketika orang masuk angin pengobatan awam yang
sering dilakukan adalah kerokan, tapi karna sudah anti dengan namanya
kerokan, balsem dan sepupunya minyak kayu putih alhasil hanya bermodalkan jaket
dan kaus kaki berharap bisa meringankan gejala masuk angin yang melanda.
Pernah membaca sebuah buku bahwa obat yang mujarab
adalah sugesti dalam diri, dibantu Allah tentunya. Obat yang baik tetapi kita
tidak suka akan membuat pengobatan tidak berjalan dengan baik akan tetapi
melakukan pantangan penyakit akan tetapi itulah hal yang kita suka tidak akan
memberikan efek yang cukup buruk bagi tubuh (baca di postingan Kedokteran
Islam)
Melihat prinsip seperti ini, aku yang sudah anti
dengan balsem dan kerokan ahirnya memilih sesuatu yang kusuka dan bisa berefek
sama dengan balsem, menghangatkan dan buat lega saluran hidung. Makanan
berkuah, panas dan pedas ( aduh nulisnya aja pake acara ngiler) dan mie ramen
menjadi pilihan, Alhamdulillah efek masuk anginya berkurang, saluran pernafasan
sedikit lega, dan ini pengalaman saat siang hari
Ketika malam ada kejadian yang seru, karna suatu
kondisi teman yang biasanya bonceng harus pakai montor sendiri, bukan berarti
gak bisa naik motor ya? Tapi cuman bisa naik motor metik tadi malam dipaksa
dan disemangati perjalanan -/+ 15Km naik motor dengan motor gigi dan
Alhamdulillah bisa dan selamat walau dengan kecepatan 20 Km/jam, tapi memang
harus ada yang pertamakan? (prok-prok-prok buat dia)
Dari kejadian dua hari ini aku sedikit belajar jika
kita itu tergantung dengan apa yang kita fikir, seandanya aku tidak mensugensi
makan mie ramen buat badan enakan mugkin tak ada efeknya dan jika teman tadi
langsung mensugesti dirinya “aku tak bisa” ya dia tak akan bisa, karna tak ada pengalaman
pertama untuk selamaya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib
suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka (Ar-Ra'd ayat 11)
Awali dengan niat
bisa insyallah bisa
mie ramen penghilang masuk angin, Alhamdulillah masih diberi nikmat Allah :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar